Sabtu, 23 April 2011

Brand Minded serta pengaruh merk terhadap perilaku konsumen


A: "hanya orang bodoh yang mau membeli barang-barang mahal Cuma karena merknya. padahal masih banyak barang sejenis yang harganya jauh lebih murah."
B: "hanya orang-orang miskin yang berfikir seperti anda."

Percakapan diatas menunjukkan dua jenis pola pikir yang berbeda dalam menilai topik yang akan kita bahas, yakni Brand Minded.

Setiap manusia pasti ingin mendapatkan pengakuan dari lingkungan sosialnya, banyak cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan pengakuan tersebut, salah satunya adalah dengan memiliki barang-barang yang dianggap berkelas dan mahal.

Mungkin kita sering mendengar kata Brand minded pada percakapan sehari-hari. Sebenarnya kata ini digunakan untuk menafsirkan loyalitas seorang konsumen terhadap suatu merk produk, tanpa mempermasalahkan image dari merk tersebut. Tetapi masyarakat kebanyakan mengasumsikan istilah ini lebih kepada merk produk tertentu yang memiliki nilai ekslusifitas lebih dibanding produk lainnya dan tentunya produk tersebut lebih mahal ketimbang produk sejenisnya.

Alasan konsumen dapat begitu loyal bahkan terkesan fanatik terhadap merk-merk tertentu salah satunya karena mengejar gengsi atau status sosial, sebagian lagi untuk kepuasan diri. Ketika seorang konsumen tidak lagi mempertimbangkan segi fungsional dan nilai ekonomis dari suatu produk, dapat dikatakan dia telah terjangkit  pola pikir yang kita kenal sebagai Brand Minded.

Brand minded selalu mengacu pada merk produk tertentu. Penggunaan manusia atas sebuah brand merupakan salah satu cara personalisasai diri, penunjukkan ekspresi bahkan profesi. Misalnya saja jika seseorang menggunakan sepatu bermerk Timberland, diasumsikan sebagai orang yang menyukai aktifitas luar ruang atau pecinta alam. Contoh lain adalah ketika seseorang menggunakan jam tangan Swatch yang colorful, dinilai sebagai orang yang berjiwa muda, dinamis dan sosok yang ceria dan seterusnya. 

Masih ada lagi fenomena yang terjadi di masyarakat sehari-hari berkaitan dengan merk. Pernahkan anda menjumpai  percakapan seperti berikut: 

- Tolong beliin Aqua dong (yang dimaksud air mineral)
- Minta dikit ya Odol-nya (yang dimaksud pasta gigi)
- Gw ga mandi, soalnya Sanyo di rumah sedang rusak (yang dimaksud pompa air)

Percakapan seperti yang ada di atas terjadi karena asumsi masyarakat terhadap suatu merk sudah sedemikian kuatnya melekat dengan jenis produk yang dikeluarkan. Salah satu alasannya karena merk tersebut menjadi pionir dalam memproduksi produk yang terkait atau telah sangat sukses dipasaran, sehingga konsumen susah untuk membedakan antara nama merk dan nama produk. Bahkan karena kesuksesan suatu merk dalam mencitrakan dirinya terhadap produk yang dikeluarkan nama merk tersebut akhirnya menjadi nama resmi dari jenis produk yang dikeluarkannya, hal ini terjadi pada merk gillette. 

Banyak orang mengira fenomena seperti ini masih dikategorikan sebagai brand minded, padahal lebih tepatnya diistilahkan sebagai metonimia. Metonimia sendiri adalah sebuah majas yang menggunakan sepatah-dua patah kata yang merupakan merek, macam atau lainnya yang menggantikan kata benda lainnya.


1 komentar: