Rabu, 20 April 2011

Siklus Hidup Manusia

Manusia, siapakah sebenarnya kita? Ada yang percaya nenek moyangnya dahulu terusir dari surga, sebagian percaya berevolusi dari kera, sebagian lagi percaya keberadaanya di dunia atas restu para dewa. Coba kita telaah perjalanan kita sejak dari rahim bunda hingga tumbuh dewasa. Dari sana mungkin kita dapat lebih mengenal siapa sebenarnya kita.



Pergumulan istimewa yang dilakukan oleh kedua orang tua dipercaya mengawali kehadiran kita memasuki dunia fana, tepatnya ketika salah satu sperma ayah berhasil menembus cangkang telur sang bunda.

Ketika awal bersemayam di rahim tampilan fisik kita belumlah seperti yang biasa tampak dimata. 

Usia 0 - 4 minggu yang terlihat hanyalah gumpalan saja yang bisanya Cuma membuat sang bunda mual dan muntah-muntah. 

Ketika usia 6 minggu tampilan kita mirip dengan kecebong  berjari dan barulah jantung mulai berdetak tanda darah mulai terpompa.

Masuk lagi ke tahapan usia 8 -  12 minggu, tampilan kita sudah sebagaimana mestinya, punya lengan, kaki dan kepala, serta mulai belajar menendang dinding rahim bunda meskipun belum tentu besarnya nanti jadi pemain bola.

Selanjutnya hanyalah penyempurnaan organ saja sampai akhirnya ketika usia 36 minggu kita siap menghirup langsung udara dan merasakan rumitnya dunia. 

Saat kelahiran biasanya ditandai dengan tangisan menandakan kita punya suara. Sering kali tangisan tersebut diiringi gelak tawa, tanda bahwa keberadaan kita diterima oleh mereka yang menyambutnya.

Usia 0 - 6 bulan setelah kelahiran otak kita sedang berada pada top performa, beberapa ahli percaya pada saat inilah sebagian besar ilmu dapat kita serap secara sempurna bahkan kita masih mampu membedakan wajah kera yang dimata orang dewasa terlihat sama saja tanpa ada beda antara satu dan yang lainnya.

Masa kecil kita biasanya diperlakukan layaknya sepeti raja, meskipun bukan raja yang bijak karena bisanya hanya menangis, menyusu, tidur dan buang air. Pada saat inilah orang tua kita sedang rela-relanya menjadi pelayan sekaligus penjaga. Jangankan serangga, seekor nyamukpun akan sadar bahwa sedang berada di zona larangan terbang saat mendekati tubuh kita. Dan perlakuan bagai raja tersebut masih juga kita terima selama masih bergelar balita.

Usia 1-2 tahun kita mulai pandai bicara, meskipun yang keluar hanya racauan saja dan bunda seolah-olah sangat paham dengan ocehan kita. Bukan hanya mengeluarkan ocehan yang tidak jelas semata kemampuan baru yang dimiliki oleh mulut kita, tetapi dalam mengenal benda dan lingkungan, mulut kita sangat gemar melakukannya. Jempol masuk ke mulut, mainan masuk ke mulut, pinggiran meja masuk ke mulut, apapun yang muat pasti mampir di gusi. 

Setelah itu kita mulai dapat melakukan hal-hal lainnya, seperti berjalan, berbicara dan bersembunyi ketika waktu mandi tiba.

Pasca balita predikat raja perlahan-lahan mulai sirna, sesekali malahan orang tua kita yang ingin dirajakan dan kita berbalik jadi pelayannya. "adek tolong ambilkan pensil alis mama", "adek tolong ambilkan gelas kopi papa". Bermacam-macamlah perintah yang kita terima.

Saat inilah perasaan kita semakin peka, makin gampang marah, juga mudah sekali dibuat tertawa. Ada yang gampang tersipu, ada juga yang pecicilan tak tahu malu. 

Lewat masa kanak-kanak, masuklah kita ke gerbang remaja. Mulai suka dengan lawan jenis, mulai ingin terlihat eksis, dan semakin akrab dengan kosakata seperti yo-wis, plisss, najis. Sedang puber istilahnya.

Akhir remaja dan menginjak masa dewasa, kita mulai bertanya-tanya, siapkah kita, hendak melakukan apa kedepannya, apa tujuan hidup sesungguhnya dan berbagai pertanyaan lainnya. Masa ini lebih dikenal dengan pencarian jati diri-istilah populernya.

Masuk juga ke masa dewasa, merasakan dunia yang sesungguhnya. Mulai bekerja atau berwirausaha, berkeluarga, merasakan seni bertetangga dan hal lain yang katanya biasa dilakukan oleh orang-orang dewasa.

Akhirnya setelah fisik semakin renta, kerutan di kulit semakin merajalela, keluhan atas berbagai penyakit kian mendera, kita kembali seperti sediakala "tak bernyawa". Ada yang bilang hanya sampai di situ saja perjalanan kita, ada pula yang percaya berlanjut ke alam baka dan masuk surga atau neraka sesuai dengan amal kebajikannya, sebagian lagi percaya terikat konsep karma.

Pada dasarnya hanya seperti itu saja siklus manusia: muda, remaja, dewasa, tua. Dari zaman ke zaman sesungguhnya hidup hanya didasari dua motifasi, yakni bertahan hidup dan meneruskan keturunan, hanya seni menjalaninya saja yang berbeda-beda, ada yang hanyut terbawa arus, ada pula yang membentuk arusnya sendiri. 

Sesungguhnya kita adalah seperti apa yang kita pikirkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar